foto: Hairuddin La Duri |
Comrade, setelah sekian lama
teralienasi karena urusan skripsi yang sampai saat penulisan artikel ini juga
belum selesai akhirnya kesempatan menghirup udara segar dari ketinggian pun
datang. Itupun bukan karena ambisi pribadi, melainkan untuk belajar di
sekolah kritis ukpm yang memilih tempat outdoor
dari kebisingan kota yang sedang dilanda hegemoni Pemilu 2014. Setelah
beberapa kali rapat penentuan tempat, dipilihlah Dusun Moncongloe, Desa
Pacellekang Kabupaten Maros sebagai lokasi strategis untuk sekolah kritis kali
ini. Dengan pertimbangan jarak yang relatif dekat dari Makassar. Juga
pemandangan malam kota yang menurut tim survey lumayan menyegarkan mata.
Moncongloe termasuk dalam wilayah
administratif Kabupaten Maros. Meski begitu kita tak harus melewati jalan poros
melewati perbatasan Makassar – Maros melewati Bandara Sultan Hasanuddin karena
ada rute singkat yang dapat ditempuh. Tepatnya kita dapat melewati rute
alternatif melewati Bumi Taamalanrea Permai. Dengan menelusuri jalan lingkar
yang menyatukan Maros – Makassar – Gowa yang terletak dibelakang area yang
terkenal padat penduduk itu.
Start awal ketika memulai perjalanan
dari gerbang BTP cukup memakan waktu setidaknya 30 menit untuk sampai di Desa
Moncongloe. Dengan menyusuri jalan sampai ke SMA Negeri 21 dan Pasar Segar
kemudian belok kiri sampai ke kampus
Politeknik Negeri Ujung Pandang yang baru. Ketika telah sampai di tempat
tersebut rute selanjutnya ialah lurus sampai menemukan jembatan yang melintas
sungai kecil disebelah kanan (untuk menemukan jembatan ini jangan malu bertanya)
kemudian belok kiri. Sambil disuguhkan pemandangan sungai dan desa nan asri,
rute selanjutnya ialah lurus sampai ke pertigaan desa. Setelah sampai pilih
jalur Dusun Moncongloe Bulu yang ditandai dengan jalan rusak (proyek gagal) dan
terus menyusuri jalan sampai ke pertigaan pabrik aspal pertama. Kemudian belok
kiri yang ditandai dengan tanah merah sepanjang jalan. Setelah sampai di rumah
warga kendaraan bisa di parkir dan melanjutkan perjalanan sampai ke puncak
bukit sekitar 10 menit. Pemandangan Kota Makassar sudah bisa dilihat ketika
sudah mencapai villa yang berada diatas.
Makassar dari atas bukit |
Tanah merah yang ada di dusun ini
juga subur untuk ditanami singkong, ubi, dan buah-buahan. Sampai sekarang
masyarakat di Moncongloe memanfaatkan lahannya untuk berkebun dan berternak
yang hasilnya dijual ke kota. Sebagian lahan di desa ini pun katanya telah di
ekspansi untuk sebagai pengembangan daerah perumahan baru.
kebun warga |
ukpmers |
Bukit kecil di Moncongloe bisa dijadikan tempat yang pas untuk mengintip gemerlap seantero Makassar dimalam hari. Untuk yang ingin camp, cukup membawa perlengkapan standar seperti tenda, perlengkapan masak, dan minyak tanah untuk membuat api unggun. Di villa sudah ada keran air tawar yang bisa diminta sama penjaganya Waktu perjalanan relatif singkat, tapi untuk kendaraan beroda 2 mesti siap
untuk melewati jalan berbatu untuk sampai ke kaki bukit. Penasaran? Sekali waktu
datanglah saat waktu senggang.