Sepanjang jalan Perinis
Kemerdekaan menyajikan pemandangan yang semakin mengherankan tiap tahunnya.
Tamalanrea yang dulunya di tujukan sebagai kawasan pendidikan terlihat kontradiksi
dengan dominasi ruko dan tempat
bernyanyi keluarga.
Tamlanrea merupakan salah satu
kecamatan padat penduduk di kota Makassar. Didiami oleh sebagian besar
mahasiswa dan masyarakat usia produktif. Kesibukan yang terjadi di jalan Perintis kemerdekaan sebagai jalan
utama padat dari pagi menjelang malam hari. Deretan kampus berjejaran seperti Stimik Dipanegara, STIK AKBA, Politeknik
Negeri Ujung Pandang, Universitas Hasanuddin, Universitas Islam Muhammadiyah,
Universitas Cokroaminoto, UKIP Makassar dan masih banyak lagi. Banyaknya kampus
yang bertempat di daerah inilah yang menjadi cikal bakal Tamalanrea dicanangkan
sebagai kawasan pendidikan.
Ditetapkannya Tamalanrea sebagai
salah satu kawasan pendidikan terpadu di Makassar termuat dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 6 Tahun 2006 tentang tata ruang wilayah kota Makassar. Dengan
tujuan menjadikan Tamalanrea sebagai kawasan pendidikan terpadu yang nyaman
bagi pelajar. Rancangan yang dibuat oleh pemerintah saat iu jelas berdampak
positif untuk pengembangan kawasan pendidikan kedepannya. Diharapkan Tamalanrea
menjadi kawasan yang bisa menunjang aktivitas mahasiswa dalam proses
pembelajaran. Bercermin dengan kondisi Tamalanrea hari ini, sepertinya banyak
hal yang menjadi pertanyaan.
Dominasi ruko merupakan pemandangan yang bisa dinikmati
sepanjang jalan perintis kemerdekaan. Mulai dari yang menyediakan alat tulis
keperluan mahasiswa, distro pakaian dan rumah makan. Beberapa tahun terakhir
invasi retail market Alfa mart dan
kolega juga menjadikan Tamalanrea sebagai daerah strategis perluasan pangsa
pasar mereka. Persaingan yang terjadi antara retail market pun tak kalah
sengitnya dengan ruko sepanjang jalan utama. Tiap jalan arteri di kawasan
Tamalanrea tak luput dari menjamurnya Alfa. Bahkan di jalan Bung misalnya
berjejer setidaknya 4 retail market dalam radius 100 meter. Pemimpin klasemen
pasar? Saya tidak bisa menebak, yang pasti warung sederhana milik masyarakat
hanya bisa menonton pasrah.
Hegemoni rumah bernyanyi turut memberikan warna baru
lahan bisnis di Tamalanrea. Tidak kurang 5 rumah bernyanyi keluarga berdiri di
sepanjang jalan Perintis Kemeredekaan. Dengan label rumah bernyanyi keluarga
toh yang menjadi konsumsen aktif tiap harinya mayoritas berasal dari kalangan
mahasiswa. Dengan gesit sales rumah bernyanyipun melakukan promosi diskon paket
bernyanyi sampai ke kampus-kampus seperti Unhas. Menawarkan produknya kepada
mahasiswa jelas merupakan isyarat siapa sebenarnya pasar prioritas yang dituju.
Yang terbaru, munculnya restoran siap saji CFC di samping Rumah Sakit
Pendidikan Unhas menggusur warung bakso yang biasa berjejer disitu dulunya.
Mungkin dengan alasan diperuntukkan bagi pengunjung rumah sakit sehingga
fenomena CFC ini belum di kritisi lebih jauh oleh mahasiswa Unhas.
Pengembangan kawasan Tamalanrea yang awalnya
berkonsentrasi di sektor pendidikan seakan tereduksi oleh sektor bisnis yang
tidak memiliki keterkaitan dengan kepentingan pendidikan itu sendiri. Sehingga
konsep kawasan pendidikan yang dicanangkan sebelumnya sekrang menjadi abu-abu.
Tempat-tempat hiburan pun bermunculan dengan alasan pembenarannya
masing-masing. Perizinan dan akal sehat pemerintah mestinya berperan untuk
mengembalikan konsep kawasan pendidikan global di Tamalanrea. Bukan menjualnya!
0 komentar:
Posting Komentar