Dulu kau hanya debu, lalu menjelma menjadi makanan,
sesuap di mulut ayahmu, sesuap di mulut ibumu, partikel dalam rahim ibumu,
partikel dalam kandung mani ayahmu, ayah dan ibumu menikah, partikel itu dan
partikel ini menyatu lalu menjelma engkau dalam rahim ibumu, seperti telur
dalam rahim ayam, dengan kehangatan tubuh ibumu, darahnya beredar di sekujur
tubuhmu, kau terwujud, kau terbentuk bagai ayam di dalam telur, dalam eraman
induknya, sembilan bulan, sembilan hari, sembilan jam berlalu, ibumu merasakan
kesakitan, kau retakkan dinding telur, kau menyembul, kau jatuh dalam buaian,
matamu tidak dapat melihat, telingamu tidak dapat mendengar, kakimu tidak mampu
menyangga tubuhmu, tanganmu tidak dapat menggapai sesuatu, pikiranmu tidak
bekerja, kau tidak memahami apapun, kau tidak mengenal siapa pun, kau hanya tahu
tiga hal ini:
menyusu…mengompol…menangis
Seratus tahun kemudian, matamu tidak dapat melihat,
telingamu tidak dapat mendengar, kakimu tidak dapat berjalan, pikiranmu, tidak
dapat bekerja, kau tidak dapat memahami apapun, kau tidak mengenal siapapun,
kau tergolek di tempat tidur, kau hanya tahu bagaimana melakukan tiga hal:
.…!,....!,....!
Tiba-tiba kau mati, kau tenggelam dalam rahim bumi,
sekali lagi, kau menjelama debu, tiada apa pun tersisa darimu, Kecuali bahwa
kau tetap ada!
Manusia beredar seperti bumi, waktu, musim semi, seperti
sesuatu air, bunga, pohon, mentari galaksi, semesta, yang berputar, kau bukan
apa-apa, kau hanya debu, kau beredar, kau tidak menjadi apa-apa, kau hanya
menjadi debu, apa yang tertinggal darimu?
Yang tertinggal hanyalah kesalehan yang kau kerjakan,
yang tertinggal adalah setiap kebaikan yang kau kerjakan (untuk manusia).
“Sebentuk ka’bah: para peziarah mengelilinginya
Dari batu hitam ke batu hitam,
Lahirlah kehidupan tetumbuhan,
Dari lumut hingga beringin
Dan hewan, dari mikroba hingga gajah,
Akhirnya manusia”
(Ali Syari’ati)
1933 - 1977
0 komentar:
Posting Komentar